Award Winners

17 Kasus Varian Delta di Aceh Berasal dari 7 Daerah Ini

17 Kasus Varian Delta di Aceh Berasal dari 7 Daerah Ini
Foto: Ilustrasi Zona Merah. (Doc: republika)  
Penulis
|
Editor

Banda Aceh, Harian Reportase — Sebanyak 17 orang positif Covid-19 varian Delta di Aceh berasal dari tujuh daerah di Aceh.

Ketujuh daerah tersebut yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Aceh, dr Hanif, menyampaikan hal ini via Serambinews.com di Banda Aceh, Sabtu (28/8/2021) malam.

Hanif mengaku prihatin dan gusar atas fakta tersebut, mengingat sampel yang diperiksa itu mayoritas diambil pada periode Mei dan Juni 2021.

“Artinya, kalau diambil dan diperiksa sampel setelah itu, katakanlah mulai medio Juli hingga minggu terakhir Agustus ini, diperkirakan varian Delta yang terdeteksi di seluruh Aceh bisa-bisa jauh lebih banyak lagi,” kata Hanif.

Hanif juga mengatakan mulai maraknya persebaran varian Delta di Aceh diperkirakan berkorelasi dengan tingginya angka kematian pasien Covid di Aceh belakangan ini.

“Diperkirakan, yang bikin banyak kasus Covid-19 dan pasien Covid yang meninggal belakang ini di Aceh disebabkan varian Delta ini,” kata Hanif.

Ia mengimbau kalangan medis dan masyarakat luas di Aceh agar benar-benar meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya Covid yang varian Delta-nya ternyata sudah banyak menginfeksi pasien di Aceh.

“Patuhi protokol kesehatan dan jangan lengah. Ancaman varian Delta di Aceh semakin nyata.

Tetap penting memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir meski kita telah divaksinasi,” ujar Hanif.

Lebih bahaya dibanding Covid-19

Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, virus corona varian Delta yang lebih berbahaya dibanding  Covid-19, dipastikan kini sudah ada di Aceh.

Baca Juga:  Gubernur dan Sekda Ikuti Launching Sinergitas Pengelolaan Bersama MCP 2021

Virus Corona varian Delta bahkan telah menginfeksi 17 warga Aceh sejak bulan Mei lalu.

Faktor ini pula yang diperkirakan memicu tingginya angka kematian di Aceh belakangan ini di kalangan pasien Covid-19.

Informasi penting ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Aceh, dr Hanif, via Serambinews.com di Banda Aceh, Sabtu (28/8/2021) malam.

“Ini data resmi yang baru kita terima. Hasilnya mengagetkan dan membuat kita harus lebih waspada, mengingat di Aceh ternyata sudah belasan pasien Covid-19 yang terinfeksi oleh varian Delta,” kata Hanif.

Menurut Hanif, pihaknya menerima laporan dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Provinsi Aceh.

Yang dilaporkan oleh lembaga yang dipimpin Dr Fahmi Ichwansyah SKp MPH itu adalah hasil pemeriksaan yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI di Jakarta.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa Balitbangkes Aceh telah mengirimkan 27 sampel spesimen hasil swab PCR pasien yang positif Covid-19 dari jumlah kabupaten/kota di Aceh ke Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI.

Sampel tersebut adalah sampel yang hasil tes PCR-nya mencurigakan, kemudian dikirimkan ke Jakarta untuk diperiksa dan dikonfirmasi ulang.

Setelah diperiksa di Laboratorium Whole Genome Sequencing (WGS) Covid-19 Balitbangkes Kementerian Kesehatan ternyata 17 dari 27 sampel yang diperiksa itu pasiennya positif terinfeksi varian Delta.

Sampel itu diambil pada bulan Mei-Juni dan hanya dua sampel yang diambil pada 6 dan 8 Juli 2021.

“Setelah sampel diperiksa ternyata lebih banyak, yakni mencapai 17 dari 27 sampel yang positif Covid varian Delta,” kata Hanif mengutip hasil laporan tersebut.

Baca Juga:  Mulai 1 September 2021 BPRS Mustaqim Aceh Beroperasi Secara Syariah

Bahaya varian Delta

Studi terkait Covid-19 yang dilakukan di India, Amerika, dan Finlandia belum lama ini menunjukkan bahwa dalam kasus infeksi terobosan (infeksi ulang), Covid-19 varian Delta mampu tumbuh di hidung orang yang divaksinasi pada tingkat yang sama seolah-olah mereka belum divaksinasi sama sekali.

Virus corona yang tumbuh di hidung itu sama menularnya dengan orang yang tidak divaksinasi. Artinya, orang yang divaksinasi dapat menularkan Covid dan menginfeksi orang lain.

Menurut laporan National Geographic, studi yang dilakukan di rumah sakit di India; Provincetown, Massachusetts; serta Finlandia juga telah menunjukkan bahwa setelah infeksi terobosan varian Delta, mungkin ada tingkat virus yang tinggi di hidung orang baik mereka yang sudah divaksinasi maupun yang belum.

Infeksi terobosan atau infeksi ulang adalah infeksi Covid yang dapat terjadi meski seorang individu telah divaksinasi atau pernah terinfeksi sebelumnya.

“Kami yang pertama menunjukkan, sejauh yang saya ketahui, bahwa varian yang menular dapat dibiakkan dari infeksi orang yang divaksinasi lengkap,” kata Kasen Riemersma, ahli virologi di University of Wisconsin, Amerika Serikat yang merupakan salah satu penulis penelitian.

“Infeksi varian Delta kerap ditemukan setelah vaksinasi dibandingkan dengan varian non-Delta, karena varian ini sangat menular dan menghindari respons imun,” tambah Ravindra Gupta, ahli mikrobiologi di University of Cambridge.

Laboratorium Gupta adalah salah satu yang pertama mendokumentasikan bahwa petugas kesehatan yang divaksinasi lengkap dapat terinfeksi Delta dan memiliki virus tingkat tinggi di hidung mereka.

Baca Juga:  Terkait Pj Gubernur Aceh, Ketua LEMKASPA : Mendagri Jangan Asal Tunjuk

Jika temuan studi Wisconsin itu bertahan, maka orang dengan infeksi terobosan—banyak di antaranya tidak menunjukkan gejala Covid— tanpa sadar dapat menyebarkan virus.

“Ini adalah] temuan yang mengkhawatirkan,” jelas Katarina Grande, pengawas kesehatan masyarakat dan Ketua Tim Data Covid-19 dari Madison & Dane County, yang memimpin penelitian tersebut.

Yang menjadi perhatian Eric Topol, pendiri dan Direktur Institut Terjemahan Penelitian Scripps, adalah bahwa individu yang divaksinasi penuh yang terinfeksi varian Delta dapat menularkan virus dan ini dapat terjadi pada tingkat yang lebih tinggi daripada jenis sebelumnya pada hari-hari sebelum gejala, atau dengan tidak adanya gejala.

“Itulah mengapa masker dan langkah-langkah mitigasi penting, bahkan untuk orang yang divaksinasi,” katanya.

Menurut Ethan Berke, Kepala Petugas Kesehatan Masyarakat dari United Health Group, studi seperti ini menyoroti bahwa penularan varian Delta bisa jauh lebih tinggi dari perkiraan saat ini.

Penelitian Berke telah menunjukkan bahwa pengujian dengan hasil yang cepat, bahkan jika dilakukan lebih awal, bisa sangat efektif dalam mengurangi pandemi Covid-19. Berke sendiri tidak terlibat dalam studi Wisconsin tersebut.

Meskipun penelitian ini didasarkan pada satu wilayah, lanjut Berke, hal itu menyumbangkan wawasan penting tentang bagaimana orang dapat menyebarkan virus ke orang lain apakah mereka divaksinasi sepenuhnya atau tidak.

“Wawasan semacam ini, terutama saat diuji dan disempurnakan, sangat membantu ketika organisasi mengembangkan kebijakan seputar pengujian, jarak sosial, dan vaksinasi,” pungkas Berke. (SerambiNews)

Bagikan:

Tinggalkan Komentar