Award Winners

Hujan Itu Rahmat, Mengapa Berubah Menjadi Petaka?

Hujan Itu Rahmat, Mengapa Berubah Menjadi Petaka?
Foto: Ilustrasi Cuaca (Doc: Harian Reportase)  
Penulis
|
Editor

“Hujan Itu Rahmat, Mengapa Berubah Menjadi Petaka? Simak penjelasan Prof Muhammad AR.”


HARIANREPORTASE.com — Aceh sekarang sedang menerima bala dari Allah yaitu banjir. Sebenarnya hujan itu Rahmat jika hujan itu turun cukup hanya untuk tumbuh-tumbuhan dan binatang ternak.

Inilah yang membuat Rasulullah Saw kadang berkerut kening ketika melihat gumpalan asap hitam di langit. Karena mengira bahwa hujan itu bukan hanya sekedar rahmat, tetapi bisa pula menjadi malapetaka bagi semua, khususnya penduduk fakir dan miskin yang tidak tahu kemana harus lari ketika diterjang banjir seketika.

Memang kalau kita kembali ke Al-Quran, ayat 41 Ar Room, bahwa hampir semua bala bencana yang terjadi di laut dan di darat mesti ada keterlibatan manusia.

Baca Juga:  Rumah Amal USK Gelar Talkshow ECRA Motivation

Bahasa lugasnya adalah saham manusia ini terbanyak dalam hal perusakan bumi.

Hutan digunduli, padahal itu penyimpan air dan paru paru dunia, gunung diratakan padahal itu pasak bumi menurut Al Quran, ayat 7 An Naba’.

Namun yang paling menyedihkan para pelaku perusak bumi tersebut hampir semuanya orang orang yang sama sekali tidak mengerti akan kehidupan manusia lain dan makhluk lain.

Mereka hanya memikirkan perutnya saja, keluarganya saja, kroninya saja, dan kesenangannya saja. sedangkan orang lain biar mampus semuanya.

Inilah drakula penghisap darah. Manusia rakus, tamak. loba, dan sangat uncivilized.

Yang paling menyakitkan lagi para perusak bumi itu adalah kebanyakan nya orang asing (bukan pribumi) tetapi mendapat legalitas pengendali negara.

Baca Juga:  Dukung Pemberantasan Narkoba, Pemerintah Aceh Hibahkan Tanah untuk BNNP

Kalau bisa dikatakan bahwa memang bumi ini di republik Indonesia namun pemiliknya bangsa asing. Bangsa ini adalah menjadi babu di negeri sendiri.

Para tauke sawit dan juragan kayu, pemilik tambang atau penambang, juragan katrol di laut, pebisnis haram (pemilik judi online), pemasuk sabu sabu aman di hotel hotel mewah dan condominium mewah yang tidak tersentuh banjir dan bencana.

Sampai kapan bangsa ini mengenal dirinya sendiri dan sampai kapan negeri ini mandiri dan bebas ketergantungan dengan negeri-negeri penjajah.

Orang Singapura hidup dengan uang rakyat Indonesia. yang datang kesana 500 orang perhari dan bank bank Singapura juga banyak penyimpan nya dari Indonesia.

Baca Juga:  Gubernur Perintahkan Satpol PP Bersikap Humanis Saat Tegakkan PPKM

Jika mereka Indonesia dan Malaysia memutuskan hubungan dengan Singapura, mungkin dua hari Singapura akan padam.

Jangankan untuk menambah penduduk, orang mati saja tidak tau mau kemana dikuburkan. Air minum dan mandi mereka beli dari Johor Baru. Sayuran dari Batam, dll dari Indonesia.

Mampukah manusia ini berfikir jernih dan tidak mau menerima grativikasi dan suap dari orang asing?

Ketika ini sudah berlaku dan keadilan sudah berjalan, hukum tajam ke semua lini, bukan tumpul ke atas.

Maka Allah akan menurunkan Rahmat dan kasih sayang Nya kepada bangsa ini.

Penulis adalah Ketua Dewan Dakwah Aceh, dan juga Guru Besar UIN Ar Raniry Banda Aceh.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar