Award Winners

Pro Kontra Penerapan Kurikulum Prototipe

Pro Kontra Penerapan Kurikulum Prototipe
Tgk. Syamsul Bahri, S.Pd.I., M. Pd. (Doc: Ist/Harian Reportase).  
Penulis
|
Editor

Oleh : Tgk. Syamsul Bahri, S.Pd.I., M. Pd

HARIANREPORTASE.COM — Kurikulum 2013 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) merupakan kurikulum prototipe.

Kurikulum prototipe dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kualitas pembelajaran, serta untuk melanjutkan sekolah yang terputus akibat pandemi.

Prototipe memiliki beberapa karakteristik utama, diantaranya pengembangan soft skill dan karakter, fokus pada materi esensial, dan fleksibilitas guru dalam menjalankan tugasnya.

Menurut pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbud Ristek, Supriyatno, dikutip pada  ditpsd.kemdikbud.go.id 18/01/2022, menyatakan bahwa Prototipe mendidik siswa pada tingkat yang sesuai dengan kemampuannya.

Kebijakan ini didukung oleh Komisi X DPR sebagai salah satu cara untuk memulihkan learning loss. Namun, banyak pihak yang mempertanyakan kematangan implementasi kurikulum ini.

Pengamat pendidikan, Bukik Setiawan melontarkan beberapa kritikan yang menarik. Ia membandingkan program ini dengan suku cadang kendaraan usang dengan nama baru.

Diakuinya karena kurikulum baru ini masih dalam tahap pengembangan, dia belum bisa memahami sepenuhnya kelebihan dan kekurangannya. Akibatnya, kurikulum dan peralatan konstruksi masih kurang, dikutip dari detik.com, 10/1/2022.

Perubahan kurikulum telah sering dilakukan sebagai bagian dari inisiatif untuk melakukan inovasi pendidikan.

Oleh karena itu, wajar bagi para pemerhati pendidikan untuk memiliki kekhawatiran tentang temuan evaluasi, yang menjadi dasar kuat untuk setiap perubahan kurikulum.

Baca Juga:  33 Daerah Dapat Insentif Pengendalian Inflasi, Berikut Daftarnya

Karena akan sangat disayangkan jika modifikasi kurikulum tetap dilakukan, tetapi hasil pendidikan tetap tidak memuaskan.

Kesenjangan Kurikulum dan Pendidikan di Bawah Paradigma Baru

Dikutip dari Republika.co.id (Jakarta, 26/12/2021), Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, mengingatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membantu sekolah yang tidak memilih menerapkan kurikulum prototipe.

Dalam siaran pers, Syaiful mengatakan, “Untuk mengatasi kesenjangan antara sekolah yang menerapkan dan yang tidak mengadopsi kurikulum prototipe, sangat penting untuk mengantisipasi pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam menangani berbagai tantangan yang mungkin berkembang.”

Masalah ketimpangan pendidikan yang belum terselesaikan di bangsa ini. Jelas, bahwa sekolah yang kurang mampu dan terpencil tidak semuanya memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas tinggi.

Kesenjangan negara ini, mulai antara wilayah barat dan timur adalah bukti lain bahwa tidak semua orang memiliki akses ke pendidikan.

Akses ke pendidikan berkualitas tinggi juga tidak merata di wilayah metropolitan. Sekolah komersial dan swasta yang bukan bagian dari sistem publik berkembang dengan cepat. Sayangnya, hanya orang kaya yang memiliki akses ke universitas mahal. Ada dua hal: uang dan kualitas.

Pandemi membuat ketimpangan semakin parah, karena setelah satu tahun, anak-anak di Indonesia bagian timur belajar lebih sedikit daripada anak-anak di bagian barat dalam hal literasi dan numerasi.

Baca Juga:  Didampingi Kadis DKP, Sekda Aceh Serah Terima Pengelolaan Aset Kelautan dan Perikanan

Jika dibandingkan antara siswa yang memiliki akses ke sumber belajar seperti buku teks dengan mereka yang tidak memilikinya tertinggal 14 bulan dalam kemajuan akademiknya. Jika dibandingkan murid yang ibunya bisa membaca dengan mereka yang ibunya tidak bisa membaca bahkan tertinggal 20 bulan dalam kemajuan akademiknya (mata Indonesia, 25/1/2022).

Karena sangat berpeluang untuk meningkatkan pencapaian pendidikan antar satuan pendidikan, kemungkinan penetapan kurikulum prototipe bagi satuan pendidikan menjadi hal yang menarik serta didukung untuk dilakukan bersama.

Jika dipantau, penyederhanaan kurikulum juga tidak efektif mengurangi ketimpangan. Padahal, jika terjadi ketimpangan, penting untuk memotivasi sekolah-sekolah yang tertinggal untuk mengikuti perubahan.

Tentu, ini membutuhkan sistem pendukung yang dapat menjamin kualitas pendidikan, seperti aksesibilitas sarana dan prasarana serta guru yang berkualitas di seluruh nusantara.

Tidak Sekadar Perubahan

Kesulitan adaptasi pada tingkat teknis pembelajaran dipengaruhi oleh frekuensi perubahan kurikulum, terutama yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Seringkali, konsep yang dirancang tidak sepenuhnya terwujud, dan kebijakan berubah-ubah.

Jika pandangan dunia mendasar dari sistem pendidikan tidak berubah, penyesuaian kurikulum pada akhirnya hanya akan menjadi solusi tambal sulam.

Menurut pandangan Islam, pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terarah, sistematis, dan terstruktur untuk memenuhi tujuan menjadikan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah (wakil Allah di muka bumi).

Baca Juga:  AirAsia Indonesia Hentikan Penerbangan hingga 6 September 2021

Islam sangat menjunjung tinggi nilai pendidikan sebagai way of life. Program pendidikan tersebut kemudian akan dirancang agar dapat menjadi acuan dalam proses pendidikan yang berkesinambungan, holistik, dan menyeluruh yang membahas tugas-tugas manusia dalam kehidupan ini dan selanjutnya (Mila Mahmudah, 2022).

Paradigma fundamental pendidikan Islam telah dimasukkan ke dalam kurikulum Islam. Pembentukan karakter islami dan penguasaan tsaqafah merupakan tujuan utama dari program pendidikan (ilmu keislaman).

Tugas mendasar yang dihadapi adalah memperkuat aqidah dan tsaqafah Islam. Selain itu, selain tsaqafah, jenjang menengah atas lebih menekankan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lahir ilmuwan-ilmuwan terkemuka dengan kepribadian Islam yang telah menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil dari penerapan Islam.

Dengan memanfaatkan potensi ekonomi dan manuver politik untuk memajukan pendidikan, negara hanya bertanggung jawab untuk menerapkan sistem pendidikan berkualitas tinggi.

Investasi terbaik yang harus dilakukan suatu negara untuk tumbuh dan menjadi kuat di panggung global adalah melalui pendidikan.


Penulis adalah Ketua PAC Pergunu cabang Darul Imarah Aceh Besar dan pengurus Dayah Samudera Pasai Madani (DSPM) Aceh.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar