Award Winners

Gelombang Pabrik Tutup di Indonesia Berlanjut, Terakhir BATA

Gelombang Pabrik Tutup di Indonesia Berlanjut, Terakhir BATA
  
Penulis
|

HARIANREPORTASE.com – Gelombang pabrik yang menghadapi masa sulit hingga berakhir pada penutupan terus berlanjut, terakhir PT Sepatu Bata Tbk (BATA).

Diumumkannya penutupan pabrik sepatu BATA membuat daftar industri sepatu Indonesia yang dikenal dengan produk berkualitas tinggi dan berdaya saing global terus bertambah.

Dilansir dari CNBC Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa pabrik yang ditutup, termasuk BATA.

Berikut daftarnya:

1. PT Sepatu Bata Tbk (BATA)

Kabar terbaru datang dari penutupan pabrik PT Sepatu Bata Tbk (BATA). Produsen sepatu yang telah lama menjadi bagian dari sejarah sepatu di Indonesia ini mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta.

Keputusan ini diambil setelah empat tahun berjuang melawan kerugian yang terus membengkak, mencapai akumulasi Rp 525 miliar dalam empat tahun terakhir. Permintaan yang menurun dan kapasitas produksi yang jauh melebihi kebutuhan menjadi alasan utama dibalik penutupan pabrik ini.

2. PT Panarub Industry (Adidas)

Baca Juga:  FAKSI Desak Polemik di PDAM Aceh Timur Dibongkar

Kabar PHK massal juga datang dari PT Panarub Industry, produsen sepatu untuk merek-merek terkenal seperti Adidas. Pabrik ini berlokasi di Tangerang, Banten, dan telah mem-PHK sebanyak 1.400 karyawan.

Situasi global yang masih belum pulih dari dampak pandemi menyebabkan penurunan permintaan, terutama dari pasar utama seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

3. PT Nikomas Gemilang

Perusahaan sepatu lain yang terkena dampak serupa adalah PT Nikomas Gemilang. Pemangkasan besar-besaran karyawan dilakukan sebagai bagian dari upaya efisiensi biaya yang terjadi pada 2023 lalu.

Perusahaan ini sedang dalam proses relokasi pabrik ke daerah dengan upah yang lebih rendah, seperti Pekalongan di Jawa Tengah. Penurunan permintaan dari pasar ekspor juga menjadi alasan di balik keputusan ini.

4. PT GA Tiga Belas (Toko Gunung Agung)

Tidak hanya perusahaan sepatu, kabar PHK juga datang dari sektor ritel. PT GA Tiga Belas, yang mengoperasikan Toko Gunung Agung, telah melakukan PHK sepihak dan massal terhadap ratusan pekerjanya. Para pekerja yang di-PHK tidak hanya kehilangan pekerjaan mereka, tetapi juga tidak mendapatkan hak-hak sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Baca Juga:  Baitul Mal Aceh Salurkan Bantuan Rp 40 Juta untuk Dayah Tahfiz Baitul Quran Aceh Besar

5. Perusahaan TPT di Kota Semarang

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga tidak luput dari gelombang penutupan pabrik. Dua pabrik TPT di Kota Semarang dilaporkan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya. Ini menjadi tambahan dari sejumlah pabrik TPT lainnya yang telah tutup sebelumnya dalam tahun yang sama.

6. PT Chingluh

PT Chingluh, yang bergerak dalam produksi sepatu, juga telah menutup pabriknya. Penutupan ini terjadi pada akhir 2022 dan merupakan bagian dari gelombang penutupan pabrik yang melanda sektor industri sepatu.

7. PT Pulaumas

Perusahaan tekstil lain yang harus menutup pintunya adalah PT Pulaumas. Dampak dari perlambatan ekonomi global dan penurunan permintaan dari pasar utama menjadi alasan di balik penutupan pabrik ini.

Baca Juga:  Sekda Aceh Tinjau Pelaksanaan Donor Darah di Instalasi UTD RSUDZA

8. PT Adetex

PT Adetex, yang juga bergerak dalam industri tekstil, menghadapi nasib serupa. Penurunan permintaan dari pasar ekspor mengakibatkan perusahaan ini terpaksa menutup pabriknya dan melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya.

9. Perusahaan TPT di Jawa Barat

Tidak hanya di Semarang, kabar penutupan pabrik juga datang dari sejumlah perusahaan TPT di Jawa Barat. Penurunan permintaan dan persaingan dengan produk impor yang menggerus pasar domestik menjadi faktor utama di balik penutupan pabrik-pabrik ini.

Upaya Penyelamatan Industri Tekstil Indonesia

Gelombang penutupan pabrik dalam industri sepatu dan TPT menunjukkan betapa sulitnya situasi ekonomi saat ini, baik di tingkat nasional maupun global.

Penurunan permintaan, persaingan sengit, dan biaya produksi yang tinggi menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan dalam industri ini.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar