Award Winners

Pelajaran Akhlaq Dalam Qurban Qabil-Habil

Pelajaran Akhlaq Dalam Qurban Qabil-Habil
Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh dan Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA. (Doc: Harian Reportase)  Harian Reportase
Penulis
|
Editor

Oleh: Dr. Hasanuddin Yusuf Adan

LATARBELAKANG

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil): berkata “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (Al-Maidah: 27-28)

Al-Qur’an dan tafsir-tafsir mengkisahkan bahwa Nabi Adam melahirkan anak-anaknya berpasang-pasangan, satu laki laki dan satu perempuan sekali lahir. Kelaziman Adam menikahkan putera puterinya dengan pasangan yang berbeda kelahiran dengannya, maka dikawinkanlah Qabil dengan perempuan yang lahir kembar dengan Habil dan Habil dikawinkan dengan perempuan yang lahir kembar dengan Qabil. Dalam kasus ini Habil menerima ketentuan ayahnya dengan ikhlas namun Qabil membantahnya dan tidak mau menerimanya. Terbetik khabar bahwa perempuan yang lahir kembar dengan Qabil agak lebih cantik dibandingkan dengan perempuan yang lahir kembar bersama Habil.

Secara manusiawi kecantikan itu menjadi alasan dan penyebab bagi Qabil untuk menikahi putri yang lahir kembar bersamanya, namun hakikatnya boleh jadi itu skenario Allah untuk dijadikan mau’idhah bagi ummat manusia sedunia. Kalau kemungkinan kedua yang tepat sasaran maka manusia harus berhati-hati dalam hidup dan kehidupan agar tidak terikut-ikutan dengan sikap dan pendirian Qabil yang cenderung melawan dua aturan: aturan Allah dan aturan ayah. Disebutkan aturan Allah karena perintah yang dilakukan Adam itu bersal dari Allah dan satu lagi karena Adam menjalankan perintah Allah untuk anaknya.

Karena tidak ada kesepakatan untuk menikah sesuai dengan ketentuan Adam, maka Adam berdasarkan anjuran Allah memerintahkan kedua puteranya untuk berqurban kepada Allah. Karena Qabil sebagai seorang petani maka ia mengorbankan gandum hasil pertaniannya dan karena Habil peternak domba maka ia mengorbankan dombanya. Dalam pengorbanan tersebut ternyata ada kesan-kesan akhlaqul karimah dan ada pula akhlaqul mazmumah dari dua putra Adam tersebut. Manakala Qabil memilih gandum yang kurang bermutu untuk qurbannya dan Habil mempersiapkan domba yang paling baik untuk berqurban kepada Allah, maka nyatalah kalau setelah dipersembahkan atas sebuah gunung lalu turun api dari langit mengangkat domba qurbannya Habil dan membiarkan gandum qurbannya Qabil di puncak gunung tersebut.

Baca Juga:  DPRA Berikan Dukungan Penuh Untuk Pelaksanaan Dakwah di Aceh

AKHLAQ QABIL VERSUS AKHLAQ HABIL

Dalam penyaluran qurban antara Qabil dan Habil jelaslah terdapat dua jenis akhlaq yang dimiliki oleh kedua anak Adam tersebut. Situasi tersebut semakin gamblang manakala kita simak kembali Qur’an surah Al-Maidah ayat 28 tersebut di atas yang oleh Qabil mengancam untuk membunuh adik kandungnya Habil karena qurbannya ditolak dan qurban Habil diterima Allah SWT. Manakala Qabil resmi membunuh Habil maka resmi pulalah Qabil menjadi calon penghuni neraka sebagaimana tergambar dalam surah Al-Maidah ayat 29: “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”

Dalam kisah Al-Qur’an tersebut memaparkan kekejaman dan kebringasan Qabil yang bernafsu menghabisi nyawa adiknya dengan bengis dan kejam sampai kepada pembunuhan. Di sisi lain kesabaran Habil menunjukkan prilaku santun yang sangat bertentangan dengan sikap abangnya Qabil. Terkait dengan nilai akhlaq yang ada maka Qabil telah melanggar nilai akhlaq terhadap Allah karena melawan ketentuan ayahnya, mempersembahkan qurban yang kurang berkualitas, mengancam dan membunuh Habil.

Semua sikap dan prilaku Qabil tersebut mengarah kepada jenis akhlaq mazmumah atau akhlaq tercela yang tidak mesti ada pada seorang beriman sebagai calon penghuni Syurga. Dalam kasus ini Qabil telah melanggar akhlaq terhadap Allah, terhadap orang tua, terhadap keluarga, dan terhadap sesama ummat manusia, maka sempurnalah kekhilafan Qabil dalam menyikapi hidup dan kehidupannya.

Sementara Habil dengan prilaku santun dan muslihatnya telah menegakkan akhlaq terhadap Allah dengan mengikuti perintahnya secara penuh, terhadap orang tua dengan tunduk patuh kepadanya, terhadap keluarga dengan bersabar terhadap ancamannya, terhadap ummat manusia dengan memberikan tauladan yang sangat amat bermakna. Dengan sikap lemah lembut dan sopan santun itulah Habil berhak menerima gelar akhlaq karimah yang pertama dalam sejarah kehidupan ummat manusia. Semoga kisah dua anak Adam tersebut menjadi ‘ibrah dan mau’idzah bagi kita untuk berprilaku sebagaimana prilaku Habil dan meninggalkan model prilaku Qabil.

Baca Juga:  Tha'at Kepada Pemimpin

Beda antara keduanya sedikit saja yang dalam bahasa lain disebut beda tipis. Asalnya kedua mereka sama-sama menyandang gelar anak Adam dan anak Hawa yang tidak berbeda sama sekali posisi tersebut pada keduanya. Namun beda tipisnya terdapat pada sikap keras berbanding sikap lunak, perangai kasar berbanding perangai halus, sikap membangkang berbanding sikap penurut dan patuh. Yang kesemua itu berakhir dengan penempatan akhir; ada yang berbahagian menempati syurga dan ada yang penuh sengsara terpaksa harus berdiam dalam neraka. Prihal ini menjadi miniatur kehidupan seseorang kita bagaimana cara sehingga dengan prilaku hidup dan kehidupan di dunia kita dapat memperoleh syurga di akhirat.

CASE STUDY UNTUK UMMAT MANUSIA

Sangat banyak hasil study kasus dalam kehidupan ummat manusia dari zaman ke zaman sehingga selalu terjadi hal yang sama seperti yang telah terjadi terhadap dua anak Adam; Qabil dan Habil dahulu kala. Ada manusia yang rela membunuh rivalnya karena memperebutkan seorang wanita yang ingin dipacarinya, ada pula orang yang berani membunuh saudara seiman seagamanya karena ingin menduduki kursi pemerintahannya, tidak kurang pula terjadi pembunuhan karena saingan politik, saingan bisnis, saingan jabatan dan semisalnya yang semua itu berakhir dengan pembunuhan semisal Qabil membunuh Habil hanya karena terjadi perebutan calon isteri plus karena adanya qurban yang diterima dan ada pula yang ditolak.

Sesungguhnya kasus dan kejadian pembangkangan dan kepatuhan dua anak Adam tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an untuk dijadikan pegangan, pedoman, dan petunjuk bagi anak manusia yang hidup pada zaman selanjutnya. Hal ini selaras dengan fungsi Al-Qur’an itu sendiri sebagai pedoman hidup bagi ummat manusia wabil khusus bagi ummat Islam sedunia. Ada dua pelajaran penting dalam kasus Qabil-Habil adalah; sikap patuh yang digambarkan Habil dan sikap membangkan yang diperankan Qabil. Dua sikap tersebut harus diambil satu oleh anak manusia yang hidup pada zaman selepasnya dan yang diambil itu mestilah model sikab Habil yang tunduk patuh terhadap kebenaran dan tidak terpancing dengan sikap kekerasan dari ancaman Qabil.

Baca Juga:  Gubernur Aceh: PKS, Mitra Kritis yang Selalu Menjaga Silaturrahmi

Seandainya semua ummat manusia memahami akan hakikat makna dari dua peran anak manusia yang paling awal menghuni jagad raya ini maka pembunuhan tidak wajar tidak akan pernah terjadi lagi dalam sejarah kehidupan anak manusia selanjutnya. Seandainya manusia mengikuti sepenuhnya ketentuan Allah sebagai pemilik hukum dan pemilik alam raya denggan baik maka kecurangan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan juga tidak akan pernah terjadi lagi dalam kehidupan manusia zaman kini.

Namun ketika semua ketentuan dan perintah Allah itu dilanggar, malah larangannya yang dilaksanakan maka berantakanlah hidup dan kehidupan manusia dari zaman ke zaman walaupun contoh kasus sudah lebih awal diperankan oleh Qabil yang mewakili kesalahan dan Habil yang mewakili kebenaran. Jalan keluarnya adalah; ketika ada orang yang berbuat salah kepada kita maka jangan pula ki berbuat salah kepadanya. Itulah yang telah dilakukan Habil terhadap kesalahan abangnya Qabil. Manakala ada orang yang mengancam untuk membunuh kita maka jangalah pula kita mengancam balik untuk membunuh mereka, itulah jalan yang ditempuh Habil dari ancaman bunuh Qabail. Manakala ada orang yang ingin membunuh kita maka sebaiknya kita berhindar saja jangan sampai dibunuh karena sayang dengan tindakan tersebut dia masuk neraka, bukanlah bermakna kita menghindar dari upaya pembunuhan karena kita takut dan pengecut melainkan kita berusaha untuk menyelamatkan kehidupan sipembunuh jangan sampai masuk neraka, itulah yang tidak sempat dilakukan Habil dari pembunuhan abangnya Qabil. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.(Qur’an surah An-Nisak ayat 93). Wallahu ‘aklam.

Penulis adalah Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh & Dosen Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry.
Email : [email protected]
Terbit : Sabtu, 10 Juli 2021

Bagikan:

Tinggalkan Komentar