Award Winners

Muslim Pembobol Gawang Sendiri

Muslim Pembobol Gawang Sendiri
Ketua Majlis Syura Dewan Dakwah Aceh dan Dosen Siyasah pada Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA. (Doc: Harian Reportase)  
Penulis
|
Editor

Oleh Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA

“Muslim Pembobol Gawang Sendiri, tidak akan mungkin seorang yang waras bermain bola dan dalam permainannya menggoreng bola sedemikian mantab didepan gawang lawan tetapi tiba-tiba ia patah balik kegawang sendiri lalu menendang sehingga masuk goal kegawang sendiri melainkan orang tersebut ada tersurup sesuatu penyakit jiwa.”


MUQADDIMAH

Membaca judul artikel ini terbayang kita kepada satu pertandingan bola kaki atau footsal antara satu kesebelasan melawan kesebelasan lainnya. Secara harfiah pemahaman ini tidaklah keliru karena telah terpampang sebagaimana bahasa yang mudah dipahami banyak orang. Namun demikian secara implisit judul tersebut mengandung makna yang lebih mendalam lagi dari pengertian harfiah tadi. Di sana ada sebuah filosofi yang terkandung di dalamnya yang amat sulit dipahami secara mendalam oleh semua orang. Hanya orang-orang arif sajalah yang mudah mencerna dan mengartikannya.

Makna implisit yang terkandung di dalamnya adalah ada prilaku aneh bin khilaf binti salah yang terjadi dalam sekelompok masyarakat muslim sehingga dengan prilaku aneh tersebut dapat merugikan Islam dan ummat Islam itu sendiri. Prilaku aneh tersebut biasanya dilandasi oleh sebuah kejahilan, atau interest duniawi seperti pangkat dan jabatan, atau berkenaan dengan material dan keuangan. Didasari oleh penyebab itulah maka ada orang-orang tertentu dalam kalangan muslim yang mengutamakan interes pribadi dengan mengorbankan Islam dan ummat Islam.

Kondisi semacam itu sudah lama wujud semenjak Rasulullah SAW menguasai Yatsrib yang kemudian beliau gantikan dengan Madinaturrasul. Tatkala itu ada manusia yang sudah masuk Islam tetapi karena merasa kehilangan jabatan oleh kedatangan Rasulullah SAW dan mereka tidak ada pilihan lain kecuali harus masuk Islam. Maka mereka berusaha menghambat perjuangan Islam, memprovokasi ummat Islam, pura-pura bersahabat dengan nabi tetapi di belakangnya ia melakukan pembusukan terhadap nabi, Islam dan ummat Islam. Itulah dia prilaku Abdullah bin Ubay bin Salul bersama dengan teman-temannya.

KRITERIA MUSLIM

Seseorang dapat dikatakan muslim adalah orang-orang yang sudah mengucap syahadatain atau lahir dari rahim ibunya yang beragama Islam kemudian hidup dalam ke-Islaman dengan mengikut segala perintah dan meninggalkan semua larangan Islam. Kalau mereka kontinue berada dalam ke-Islaman semacam itu maka ia dapat menjadi orang beriman (mukmin), tetapi kalau mereka mengaku beragama Islam tetapi menghujat Allah, nabi, dan kitab suci Al-Qur’an serta rukun Iman lainnya maka ia menjadi musyrik. apabila mereka berkatepe Islam tetapi ketika berkata ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkarinya, dan apabila dipercaya ia mengkhianatinya, maka manusia yang berkatepe Islam seperti itulah yang dikatakan kaum munafik yang wujud setiap saat, setiap waktu, setiap zaman dan masa.

Baca Juga:  6 Tahapan Pendaftaran CPNS 2023 Yang Perlu Diketahui

Berbohong untuk mempertahankan jabatan, untuk memperoleh keuntungan material, untuk mendapatkan kemenangan dalam pemilihan menjadi bahagian daripada ciri khas kaum munafik. Karena ucapan mereka tidak pernah sama dengan perbuatannya. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaf: 2&3). Seorang muslim yang baik sangat menjaga diri dari usaha-usaha bohong sehingga ia terus mendapatkan kepercayaan Allah dan ummat manusia.

Sebahagian muslim sangat doyan berjanji kemudian dipungkiri sendiri dengan berbagai alasan semisal berjanji menolong orang tetapi tidak pernah ditolong, berjanji membela Islam ketika memiliki jabatan dalam negara tetapi ia menghancurkan Islam dengan berbagai cara, berjanji memberdayakan ekonomi ummat namun dia melakukan korupsi. Semua itu merupakan bahagian daripada sikap orang munafik yang paling dibenci dalam Islam. Oleh karenanya seorang muslim sejati paling berhati-hati untuk berjanji takut tidak sempat dipenuhi dan menjadi munafik, tetapi muslim abangan yang tidak kuat ‘aqidahnya paling doyan berjanji bukan untuk ditepati melainkan untuk mencari simpati seperti yang terjadi dalam masa-masa pemilu umpamanya.

Ketika seorang muslim dipercayai untuk sesuatu jabatan oleh ummat Islam lainnya dengan harapan ia dapat membantu dan memajukan Islam, ummat Islam dan hukum Islam dengan jabatan tersebut, namun ia melakukan pengkhianatan terhadap kepercayaan tersebut seperti menangkap dan menganiaya para ulama muslim, memberikan jabatan-jabatan strategis kepada orang-orang kafir dan muslim sepilis yang suka merusak Islam, maka ia telah melakukan sesuatu yang menurut hadis nabi tergolong kedalam kategori kaum munafik. Sementara nabi sendiri manakala mendapatkan kesempatan kekuasaan selalu menggunakannya untuk kepentingan dan kemajuan Islam sehingga satu persatu wilayah ditaklukkan.

Baca Juga:  Dipecat Partai Aceh, Begini Respon Tgk Muharuddin

PEMBOBOL GAWANG SENDIRI

Sebagaimana yang telah kita gambarkan dalam permulaan artikel ini tadi bahwa pembobol gawang sendiri yang berakhir dengan goal bunuh diri untuk kesebelasannya merupakan sebuah keanehan baik yang disengaja ataupun tidak sengaja. Demikianlah ilustrasi yang dapat kita gambarkan terhadap prilaku orang-orang yang menciptakan goal kegawang sendiri. Permisalan aksi goal bunuh diri itu sudah wujud semenjak awal Islam di zaman Rasulullah SAW, Hatib bin Abi Balta’a umpamanya, ketika Rasulullah saw sedang bersiap-siap menaklukkan Makkah, Hatib mengirim sepucuk surat kepada kafir Quraisy di Makkah via seorang wanita budak dari Banu Abdul Muttalib yang bernama Sarah dengan upah yang sudah disepakati.

Prilaku Hatib sebagai seorang muslim yang pernah terlibat dalam perang Badar tentunya sangat amat aneh dan ajaib karena ia telah melakukan kesalahan besar seumpama orang menciptakan goal kegawang sendiri. Walaupun tujuan Hatib hanya sekedar ingin menyelamatkan keluarganya yang berada di Makkah tetapi manakala kafir Quraisy mengetahui rencana penaklukkan Makkah oleh Nabi tentu kafir Quraisy akan mempersiapkan perlawanannya. Namun usaha Hatib cepat diketahui nabi lalu beliau menangkapnya dan Umar bin Khattab meminta diserahkan kepadanya untuk dipenggal lehernya, namun nabi mema’afkan Hatib karena rencananya bersifat jahat tetapi tujuannya mengandung kebaikan untuk keluarganya.

Di zaman kini juga sangat banyak prilaku muslim yang membobol gawang sendiri baik yang berkaitan dengan ‘aqidah, syari’ah maupun akhlaq. Upaya sekelompok muslim yang mengawal keselamatan gereja di musim natal merupakan pembobol gawang sendiri karena pemilik gereja tersebut sudah dinyatakan kafir musuh Allah dan musuh ummat Islam (Al-Mumtahanah ayat 1). Ada pula orang-orang yang dikatakan tokoh Islam yang mengucapkan selamat natal kepada orang Kristen dengan sangat bersahaja dan nikmat sekali sehingga orang-orang Kristen beranggapan agamanya benar di sisi Allah karena sudah diyakini oleh tokoh-tokoh muslim seperti yang firal di medsos selama ini. Maka prilaku muslim semacam itu tergolong dalam pemain yang membobol gawang sendiri

Baca Juga:  DPRA Berikan Dukungan Penuh Untuk Pelaksanaan Dakwah di Aceh

Lebih jauh dari itu ketika Indonesia merdeka dahulu atas perjuangan 90% ummat Islam dan 10% lainnya yang beragama lain dan tidak beragma, maka semua warga negara Indonesia mengakui kemerdekaan negara atas perjuangan ummat Islam di merata wilayah seluruh negeri. Lalu tiba-tiba ada orang yang menjadi menteri mengatakan tanpa penyebab bahwa yang memerdekakan Indonesia bukan ummat Islam saja melainkan juga umat Khatolik, Protestan, Hindu dan Budha. Orang yang mengatakan demikian betul-betul sudah salah makan obat sehingga penyakitnya tidak sembuh-sembuh dan dia sudah membobol gawang sendiri.

Manakala negara berpenduduk 85% muslim seperti Indonesia yang dipimpin oleh orang beragama Islam dari presiden sampai kepala desa, namun para pemimpin beramai-ramai sepakat menghujam Islam dengan label teroris, radikalis, ekstrimis, fundamentalis dan sejumlah label lainnya, maka para pemimpin negeri tersebut sudah jauh sekali berupaya untuk memasukkan goal kegawang sendiri. Akibat dari prilaku semacam itulah membuat Islam dan ummatnya tidak pernah maju dan berkembang di negeri mayoritas muslim tersebut.

Muslim Pembobol Gawang Sendiri

Kita pahami bahwa tidak akan mungkin seorang yang waras bermain bola dan dalam permainannya menggoreng bola sedemikian mantab didepan gawang lawan tetapi tiba-tiba ia patah balik kegawang sendiri lalu menendang sehingga masuk goal kegawang sendiri melainkan orang tersebut ada tersurup sesuatu penyakit jiwa. Karena itulah manakala ada ummat Islam dalam sesuatu negara memasukkan goal kegawang sendiri dapat dipastikan manusia itu ada kelainan, atau ada sakit fisik dan jiwa serta ada sesuatu yang tidak beres dan tidak normal pada dirinya. Semoga sahaja para pemasuk goal kegawang sendiri seperti itu segera berakhir dan mati serta Allah gantikan dengan para penguasa dan pemimpin waras yang memasukkan goal kegawang lawan. Insya Allah.


Penulis Adalah Dosen Siyasah pada prodi HTN, Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry.
Terbit : Banda Aceh, 24 Desember 2020.
Judul : Muslim Pembobol Gawang Sendiri
Media : Harianreportase.com

Bagikan:

2 Komentar pada “Muslim Pembobol Gawang Sendiri”

  1. Johan berkata:

    Benar sekali apa yg di sampaikan oleh ustad adan muslim bobol gawang sendiri dan bunuh generasi muslim ,ini orang munafik kemana wakil kita Aceh jgn tinggal diam sebelum terlambat

  2. Mendena berkata:

    Terima kasih atas nasehatnya pak Adnan. Dosen saya di Fakultas Syariah dulu.

Tinggalkan Komentar