Idi Rayeuk, Harian Reportase — Ketua Lembaga Kajian Strategis dan Kebijakan Publik (Lemkaspa) Cabang Aceh Timur, Sanusi Madli, menyampaikan rasa belasungkawa dan keprihatinan yang mendalam atas musibah kebakaran dan ledakan sumur minyak yang dikelola secara tradisional di Rantau Peureulak, Aceh Timur ini.
“Kami turut berduka atas kebakaran dan ledakan salah satu sumur minyak di Mata Ie, Ranto Peureulak, kabarnya sudah ada yang meninggal, mudah mudahan Allah menguatkan dan memberi ketabahan kepada keluarga korban”, kata sanusi di Idi Rayeuk, Sabtu (12/3/2022).
Kejadian ini harus menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah kabupaten Aceh Timur dan Pemerintah Aceh, apalagi peristiwa ini sudah berulang kali terjadi, meskipun tidak pada sumur yang sama, namun masih didaerah yang sama, yakni di Aceh Timur, sehingga kedepan peristiwa tragis ini tidak lagi terjadi, pemerintah harus membantu masyarakat dalam mengelola sumur sumur yang ada, sehingga pengelolaannya sesuai prosedur kerja yang aman.
“Selama ini masyarakat mengelola sendiri dengan peralatan seadanya tanpa menghiraukan resiko yang akan terjadi, ditambah lagi dengan minimnya ilmu tentang perminyakan, maka ini bisa membahayakan masyarakat itu sendiri, karena itu pemerintah perlu mengelola dengan baik dan adil sehingga masyarakat aman bekerja dan teratur”, ungkap sanusi
Sanusi berharap, Pemerintah Daerah bergerak cepat melakukan berbagai hal demi mencegah terjadinya peristiwa yang sama, melakukan pendampingan dan bimbingan secara khusus sehingga warga dapat melakukan aktivitas dengan aman dan nyaman.
“Demi keselamatan jiwa, pemda harus hadir dan aktif, membimbing serta mengarahkan warga hingga mendapatkan izin, dihentikan tidak mungkin, karena banyak asap dapur disana, yang memungkinkan adalah ditutup sementara,” tutup sanusi
Sebagaimana diberitakan, Kebakaran sumur minyak tradisional di kawasan Ranto Peureulak Aceh Timur kembali terjadi pada Jum’at (11/3/2022) malam, meskipun tidak sedahsyat tahun sebelumnya, namun kabar ini membawa duka bagi warga Ranto Peureulak dan masyarakat Aceh pada umumnya.
Atas peristiwa itu, sejumlah warga yang melakukan pertambangan illegal tersebut dikabarkan meninggal dan mengalami luka berat akibat terbakar disekujur tubuhnya.
Akibat himpitan ekonomi dan tergiur akan hasil yang diperoleh, para pejuang keluarga ini rela bertaruh nyawa demi mendapatkan rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.