Award Winners

Berusaha Menjadi Orang Cerdas

Berusaha Menjadi Orang Cerdas
Prof. Dr. Syabuddin Gade, M.Ag  
Penulis
|
Editor

Oleh Prof. Dr. Syabuddin Gade, M.Ag

HARIANREPORTASE.com — Berusaha Menjadi Orang Cerdas

الحمد لله الذي أمرنا بالتقوى ونهانا عن اتباع الهوى. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده
اللهم فصل وسلم وبارك على سيدنا وحبيبنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. وقال تعالى ياأيها الذين أمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
وقال الرسول صلى الله عليه وسلم:
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أتبع هواها وتمنى على الله (رواه الترمذي).

Allah dalam berbagai ayat al-Qur’an senantiasa menyuruh, membuka jalan dan mengapresiasi hamba-Nya yang bertaqwa.

Salah satu jalan menjadi orang bertaqwa adalah dengan mengamalkan hadis Rasul-Nya yakni: berusaha menjadi orang cerdas (الكيس) dan berusaha menghindari diri agar tidak menjadi orang lemah (العاجز).

Baca Juga:  Masyarakat Aceh Besar Terima Sapi Kurban Presiden

Siapa sebenarnya orang cerdas (الكيس) itu? Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya bahwa orang cerdas memiliki dua indikator, yaitu:
1. Orang yang selalu bermuhasabah diri (من دان نفسه).
2. Orang yang beramal untuk kepentingan persiapan setelah mati (وعمل لما بعد الموت).

Sedangkan orang yang lemah (العاجز) adalah:
1. Orang yang mengikuti hawa nafsunya;
2. Orang yang berharap balasan baik dari Allah tanpa beramal shalih.

Berdasarkan hadis tersebut, ternyata orang cerdas bukanlah orang ber IQ tinggi, bukan orang ber IQ rendah, bukan profesor, bukan sarjana, bukan pejabat, bukan rakyat jelata, tetapi orang cerdas yang dimaksudkan Nabi adalah orang yang selalu mengevaluasi diri sejauhmana amal ubadah dan kebaikan sudah dilakukan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Jika amal ibadah nya sudah baik, maka ia pertahankan, bahkan berusaha agar lebih berkualitas lagi. Karena hanya dengan iman dan amal kebaikanlah manusia akan berjaya dan layak mendapatkan kasih sayang Allah di hari kiamat kelak.

Baca Juga:  Jaga Diri dan Keluarga Dari Ancaman Api Neraka

Jika amalnya belum cukup, berkualitas rendah, atau tidak baik, maka ia segera memperbaikinya dengan menempuh jalan taubat, memohon ampun kepada Allah atau meminta maaf kepada manusia (jika itu berupa dosa sesama).

Selain melakukan introspeksi diri, orang cerdas menurut hadis tersebut adalah orang yang senantiasa berusaha mempersiapkan diri dengan amalan untuk kepentingan menghadapi alam pasca kematian, mulai sakratul maut, alam barzakh dan hari kiamat dengan segala kejadiannya serta qadha dan qadar Allah, baik ataupun buruk.

Karena itu, orang-orang yang hanya mementingkan kehidupan duniawi dan tidak percaya pada alam pasca kematian yang disebut alam barzakh dan hari akhirat, maka mereka tidak lah termasuk orang-orang yang cerdas, meskipun mereka seorang profesor, doktor, sarjana, teungku, santri, pejabat, ataupun rakyat biasa.

Selain itu, berdasarkan hadis tersebut, bahwa orang lemah (العاجز) adalah mereka yang senatiasa mengikuti hafsunya
(من أتبع نفسه هواها).
Ia selalu dikuasai dan diatur oleh nafsunya sehingga dengan mudah melakukan hal-hal yang tidak baik dan melupakan persiapan setelah mati. Ia juga selalu berharap kasih sayang Allah berupa balasan baik dari Allah sementara ia tidak nelakukan amal shalih.

Baca Juga:  Banjir Bandang Libya, Korban Tewas Capai 6000 Jiwa

Orang-orang yang lemah ini pada sisi lain juga disebut orang-orang yang merugi. Kehidupan mereka di dunia sia-sia belaka dan di akhirat kelak pasti mereka sangat menyesal.

Karena itu, marilah kita berusaha menjadi orang cerdas sehingga Allah akan menempatkan kita dalam barisan orang-orang muttaqin. Begitu pula, marilah kita berusaha dengan sekuat tenaga, selagi nyawa di kandung badan, agar tidak termasuk orang-orang lemah (العاجز) yang nota-bene-nya adalah orang-orang yang rugi.
Wa Allahu A’lam.

Penulis adalah Guru Besar UIN Ar Raniry Banda Aceh.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar