Award Winners

Mencari Popularitas dengan Membakar Al Qur’an

Mencari Popularitas dengan Membakar Al Qur’an
  
Penulis
|
Editor

Oleh Prof.Dr.Muhammad AR.M.Ed

HARIANREPORTASE.com — Orang kadang-kadang, dalam rangka mencari popularitas apapun dilakukannya walaupun orang lain tersakiti atau dirugikan. Katakan saja seperti Rasmus Paludan, politikus ekstrim kanan di Swedia dan Denmark.

Dulu dari Belanda ada juga seperti Geert Wilders dan juga Arnold, Joram van Klaveren, dan juga politisi sayap kanan Belanda.

Nasib baik, yang terakhir sudah menjadi muallaf (Arnold, Joram van Klaveren). Tinggal satu lagi Geert Wilders yang belum dapat hidayah.

Mungkin salah satu tindakan yang mereka lakukan adalah mencari popularitas disamping ingin mencari sensasi dengan memunculkan islamophobia kepada masyarakat dunia.

Memang aneh-aneh sekali cara mencari popularitas, namun setelah itu harus mengurung diri, jadi untuk apa populer kalau hidup bersembunyi di rumah atau dalam tahanan.

Misalnya, Salman Rushdi, warga negara Inggris, keturunan India yang menulis buku Aya-ayat Setan, tetapi hidupnya terancam hingga ke akhirat. Malah baru- baru ini ketika Salman Rushdi sedang berdiskusi di Institut Chautauqua, New York tiba-tiba ia ditikam hingga 15 kali di leher dan perutnya oleh Hadi Matar, 24 tahun berasal dari Fairview, New York.

Apakah Hadi menuruti Perintah alm Ayatullah Ruhullah Khomeiny untuk mendapatkan 1 Juta Dolar US atau memang membela agama atau ingin popularitas.

Kenapa ini bisa berlaku semuanya, mungkin tidak ada hukum yang berat bagi peleceh keyakinan, penghina agama, penista agama dan termasuk kepada pendusta agama. Ini berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Eropa, Amerika, Australia atau Indonesia sekalipun.

Memang antara Eropa dan Indonesia tidak ada bedanya tentang how to implement the law dengan adil dan sesuai undang-undang.

Baca Juga:  DPRA Berikan Dukungan Penuh Untuk Pelaksanaan Dakwah di Aceh

Hampir semua negara Eropa yang nota benenya negara beradab menurut pengakuan mereka sendiri menolak rasisme, intolerance, dan mengutamakan demokrasi dan toleransi. Namun yang terjadi sangat kontroversi dengan undang-undangnya.

Seperti yang dilakukan oleh Rasmus Paludan dan antek anteknya islamophobia. Mungkin kita melihat negara-negara yang menganggap dirinya maju dan beradab, seperti Swedia, Denmark. Icelandia dan Belanda. Ternyata sangat subur untuk anti Islam dan agama lainnya.

Malah yang paling celaka lagi sudah tau itu perbuatan melanggar hukum, namun dikawal polisi dengan ketat, seolah olah para pelanggar hukum bebas melaksanakan kegiatannya dibawah penjagaan pihak berwajib.

Mungkin inilah yang membiadabkan Eropa dalam hal kebebasan untuk menghina agama lain atau menghina kitab suci agama lain. Inikah yang dikatakan orang beradab?

Berarti kesimpulannya Islamophobia itu muncul dari Eropa dan tetap dipertahankan oleh negara.

Ini sama saja karena mereka negara kecil, ingin populer di dunia, maka membiarkan rakyatnya berbuat sesuka hatinya.

Tetapi apa yang dilakukan oleh secuil manusia anti Islam di Benua Eropa adalah berat kaitannya dengan mencari popularitas disamping tidak punya wawasan tentang pengetahuan global, tentang keyakinan -keyakinan yang pernah ada di muka bumi.

Namun, walau begitu Islam atau kitab sucinya dihina atau dinistakan, ummat Islam masih dalam batas-batas kewajaran, paling-paling hanya melancarkan demonstrasi, bukan malah membakar kitab suci agama lain, atau membalas dendam kepada pemeluk agama lain. Ini mudah-mudahan tidak terjadi oleh kita yang punya peradaban.

Kadang-kadang kita juga menyayangkan, dengan pembakaran, menginjak, dan merobek-robek kitab suci umat Islam, tidak ada tanggapan dari pemimpin dunia atau pemimpin negeri Islam kecuali sembilan negara saja. Itupun hanya dengan adh’aful iman, yaitu dengan ” mengutuk”.

Baca Juga:  BKN Umumkan Jadwal Pendaftaran CPNS 2024, Berikut Jadwalnya

Negara-negara yang mengutuk Rasmus Paludan adalah Turki karena dia pada tanggal 27 Januari 2023 membakar Qur’an didepan Kedubes Turki di kota Copenhagen Denmark.

kemudian diikuti oleh negara Swedia sendiri sebagai bentuk hana meu’oh dengan negara lain karena ini terjadi di negara mereka dan dilakukan oleh warga negara mereka.

Lalu negara Indonsia yang dilakukan oleh Kemlu melalui twitternya dan kemudian memanggil Dubes Swedia karena insiden pembakaran Al Qur’an.

Kemudian Malaysia yang langsung disuarakan oleh Perdana Menterinya, Anwar Ibrahim secara gentleman. Seharusnya pemimpin negeri Islam lainnya patut meniru Anwar Ibrahim karena agamanya dihina.

Selanjutnya negara Mesir, Qatar, Marocco, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Selainnya tidak ada negara yang serius memprotes Rasmus Paludan (warga Swedia) dan Pegida Edwin Wagensved, politisi sayap kanan Belanda, yang merobek-robek halaman-halaman al-Qur’an di Denhaaq.
Memang kalau ada ruh al Qur’an dan ruh Islam dalam dada seseorang, apalagi dia pemimpin di negeri Muslim, maka secara spontan dan serius pasti membuat perlawanan kepada dua politisi Eropa dan serta kedua negara tersebut yang membiarkan warga negaranya merusak hubungan antara negara- negara Islam. Kalau semua negara Islam memutuskan hubungan dengan kedua negara tersebut, pasti mereka payah pajoh pade bijeh. Sebab mereka negara kecil.

Dan tidak ada sumber alam apapun yang dapat menghidupkan bangsa dan negara mereka, namun mereka hidup sangat tergantung dengan negara lain.

Inilah yang kita tidak sadar konon lagi para pemimpin negeri Islam yang hanya berpikir untuk melanggengkan kekuasaan, jadi tidak sempat memilirkan al -Qur’an dan agama.

Baca Juga:  Jelang SNBT, 4.600 Siswa SMA/SMK se Banda Aceh dan Aceh Besar Ikut Try Out

Kemudian seorang youtuber di Sumut. Rudi Simamora, yang menghina Allah yang masuk dalam konten youtubenya tangdal 6 November 2022. Ia juga melakukan ini karena ingin mendapatkan uang banyak dan popularitas. Ya beginilah orang-orang sinting mencari popularitas dengan menanam di kebun orang.

Sebenarnya kalau memang betul-betul mau duit dan popularitas, bunuh diri dengan melompat di ketinggian juga boleh, atau bertelanjang saja di muka umum juga bisa. Nanti kan populer juga dalam bidang yang diminati atau digandrungi. Tapi kalau mencerca, menghina, menista dan sebangsanya perlu pikir panjang karena kita hidup di dunia ini bukan sendirian.

Makanya umat Islam perlu bersatu dalam segala hal bukan mengedepankan nafsu didepan. Misalnya umat Islam harus menganalisis dimana punca-punca kekisruhan, percekcokan, pertentangan selama berabad-abad, maka dengan itu kita cari solusinya agar tidak terjadi permusuhan jariyah hingga hari kiamat.

Sekarang sangatlah nampak, misalnya ketika agama kita dinistakan, al- Qur’ an dilecehkan ummat Islam dan pemimpinnya adem ayem saja. Seharusnya ada tindakan yang nyata terhadap penista agama oleh negara, bukan oleh kemlu dan menteri agama, tetapi oleh kepala negara. Agar hal semacam itu tidak terjadi dalam masyarakat beradab. Kalau mau cari popularitas, maka cari panggung dan berbuat untuk seluruh masyarakat.

Jika kita mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak, membantu mereka, menyelesaikan masalah perut mereka, pendidikan mereka, tempat tinggal mereka, secara otomatis bukan hanya populer di dunia, bahkan hingga ke akhirat kelak. inilah popularitas yang harus dibarengi dengan keikhlasan dan tawadhu’.

Penulis adalah Ketua umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Prov. Aceh

Bagikan:

Tinggalkan Komentar