Award Winners

Warga Aceh Bangun Meunasah Seharga 5 Miliar di Malaysia

Warga Aceh Bangun Meunasah Seharga 5 Miliar di Malaysia
  
Penulis
|
Editor

Malaysia, HARIANREPORTASE.com – Warga keturunan Aceh membangun sebuah komplek pendidikan yang bernilai 5 Miliar di Sungai Buloh, Selangor, Malaysia.

Komplek seluas 5.000 meter persegi ini diberi nama Madrasah Muhajirin Al-Assyi, komplek tersebut sedang dibangun sebuah meunasah serta beberapa balai pengajian untuk anak-anak dan orang dewasa.

Tidak hanya itu, komunitas Aceh di Sungai Buloh juga telah membeli sebidang tanah seluas 2 hektare lebih di belakang meunasah, untuk dibangun perumahan, lokasi parkir, perkantoran, dan kompleks pendidikan agama.

Pembangunan Madrasah Muhajirin Al-Assyi dimulai pada, Kamis 17 Desember 2020.

Saat kami berkunjung pada Rabu 24 Agustus 2020, pembangunan Meunasah Aceh ini sudah mencapai 70 persen.

Saya yang berkunjung ke Sungai Buloh bersama Tgk Fathurrahman, Azhar, dan Jafar Insya Reubee, diterima oleh pengurus atau ketua Jawatankuasa Bertindak Komuniti Aceh Sungai Buloh, Tgk Saifuddin bin Ali Mahmud (Tgk Din Sungai Buloh).

Tgk Din didampingi oleh sejumlah pengurus Komunitas Aceh di Sungai Buloh, di antaranya Haji Anwar Abdul Wahab sebagai bendahara, Haji Dzulkifly Bin Haroun, Ketua Pemuda Komunitas Aceh Sungai Buloh Asnawi bin Ishak (asal Lhokseumawe), Husein bin Bidin (Pidie Jaya), Baidawi (Reubee Pidie), Samsul Bahri (Beureunuen Pidie, Khairuddin (Lhoknibong Aceh Utara), Zulkarnaini (Keulibeut Pidie).

Tgk Saifuddin adalah pria kelahiran Gunong Pulo, Kluet Utara, Aceh Selatan. Kakek dan neneknya berasal dari Blangbintang, Aceh Besar.

Tgk Din yang sudah menetap di Malaysia sejak 30 tahun lalu, selama 12 tahun terakhir dipercaya untuk memimpin komunitas Aceh di Sungai Buloh, atau Jawatankuasa Komuniti Aceh Sungai Buloh.

Paguyuban ini secara rutin memilih ketua tiga tahun sekali. Namun dalam musyawarah terakhir, disepakati pemilihan ketua dilaksanakan dalam waktu 5 tahun sekali.

Baca Juga:  Menghindari Kesengsaraan di Dunia

Tgk Din mengatakan, saat ini di Sungai Buloh terdapat sekitar 4.000 warga keturunan Aceh. Sebagian dari mereka telah menjadi Warga Negara Malaysia.

Umumnya, warga Aceh di Sungai Buloh berprofesi sebagai pedagang dan sebagian lainnya bekerja pada pabrik atau kilang.

Generasi kedua di Sungai Buloh ada yang sudah bekerja di institusi pemerintahan di Malaysia.

Tgk Saifuddin mengatakan, berdasarkan penghitungan awal, pembangunan Meunasah Aceh Sungai Buloh ini menelan dana sekira RM 750 ribu atau sekira Rp 2,5 miliar.

Namun, angka itu diperkirakan akan membengkak menyusul naiknya sejumlah harga bahan bangunan pada masa Covid-19.

“Perkiraan sekarang, mungkin butuh dana sekitar 1,5 juta ringgit atau Rp 5 miliar,” kata Tgk Din.

Pria asal Aceh Selatan ini menambahkan, setelah membeli tanah seluas 5.000 meter, komunitas Aceh di Sungai Buloh langsung membangun dua unit balai untuk tempat pengajian anak-anak dan orang dewasa.

“Kegiatan pengajian di balai ini sudah berjalan seiring dengan pembelian tanah, sudah dua tahun lebih,” kata Tgk Din.

Sebelumnya, pengajian warga Aceh di Sungai Buloh berlangsung dari rumah ke rumah warga secara bergilir.

“Semenjak dua balai ini berdiri, pengajian telah dipusatkan di lokasi ini,” ujar Tgk Din yang didampingi sejumlah tokoh Aceh di Sungai Buloh.

Meunasah Aceh Sungai Buloh ini dibangun dua lantai.

Lantai dasar menjadi ruang shalat untuk kaum laki-laki, sementara lantai atas sebagai ruang shalat dan ruang pengajian bagi jamaah perempuan.

Seperti kebanyakan masjid di Aceh maupun di Malaysia, Meunasah Aceh di Sungai buloh ini akan dilengkapi dengan pengatur udara (AC) dan berbagai fasilitas lainnya.

Baca Juga:  Harga Emas Antam Hari Ini 3 Desember 2022

Di samping bangunan meunasah, terdapat sebuah lapangan badminton yang dikelola oleh persatuan pemuda Aceh Sungai Buloh yang dipimpin oleh Asnawi Bin Ishak alias Raji.

“Ini seperti mimpi yang tak mungkin diwujudkan. Alhamdulillah karena kekompakan komunitas Aceh di Sungai Buloh dan bantuan dari warga Aceh di Malaysia, di Aceh dan seluruh dunia, kita bukan hanya bisa mewujudkan Meunasah Aceh, tapi juga membeli tanah seluas lebih 2 hektare yang berada di belakang bangunan meunasah,” ujar Tgk Din.

Tidak hanya warga Aceh, kata Tgk Din, panitia pembangunan Meunasah Aceh ini juga mendapatkan sumbangan dari penduduk asli Malaysia.

“Kami menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh masyarakat yang telah membantu untuk membangun meunasah dan lembaga pendidikan Islam ini,” ujar Tgk Din.

Berdasarkan desain yang dibuat oleh konsultan, kompleks meunasah ini dilengkapi dengan areal parkir yang luas, serta taman di halaman depan.

Muhammad Hanafiah, warga Aceh yang bermukim di Denmark, memberikan apresiasinya atas kekompakan warga Aceh di Sungai Buloh Malaysia, sehingga mampu membangun meunasah yang lengkap dengan kompleks perumahan wakaf.

Dalam kolom komentar di live Facebook Serambinews.com, Muhammad Hanafiah juga bertanya tentang kebutuhan mendesak yang saat ini diperlukan agar meunasah itu bisa segera digunakan.

Menanggapi ini, Tgk Din mengatakan, bantuan mendesak yang dibutuhkan saat ini berupa sumbangan untuk membeli semen, pembuatan pintu, dan marmer untuk lantai.

Tgk Din berharap kepada dermawan, terutama warga Aceh yang ada di Malaysia, Aceh, dan di berbagai penjuru dunia, untuk dapat membantu.

“Lon selaku Ketua Komuniti Aceh di Sungai Buloh, lon alu-alukan, lon bet jaroe u ateuh, tameulakee bak droen bandum, tabantu lah meunasah Aceh nyoe, supaya beujeut tabina. Dan kon hanya di sinoe mantong, tapi di meurata teumpat laen ban sigom donya,” ungkap Tgk Din.

Baca Juga:  Pelajari Sejarah dan Lembaga Pendidikan, Santri Dayah DQA Study Tour ke Tiga Negara

Bangun Kompleks Perumahan

Tidak hanya membangun kompleks madrasah, komunitas Aceh di Sungai Buloh saat ini juga sudah membeli tanah seluas 2 hektare lebih yang lokasinya berada persis di belakang bangunan meunasah.

“Baru selesai proses jual beli dengan nilai 3 juta Ringgit lebih atau sekira 9,9 miliar Rupiah,” ujar Tgk Din.

Menurutnya, di lokasi yang membentang dari pinggir sungai hingga ke jalan raya ini, akan dibangun lembaga pendidikan agam, perkantoran untuk pengelola madrasah, serta sebagian lainnya untuk perumahan bagi komunitas Aceh di Sungai Buloh.

“Di lokasi ini Insya Allah juga akan dibangun rumah wakaf untuk menampung tamu-tamu dari Aceh, terutama para ulama serta para guru yang mengajar di madrasah,” ujarnya.

Ia menyebutkan, tanah itu dibeli bersama oleh komunitas Aceh di Sungai Buloh.

“Cita-cita kamoe, selepas kamoe hana le, beuna generasi penerus untuk uruskan meunasah nyoe,” ujar Tgk Din Sungai Buloh.

Ia berharap kehadiran Madrasah Muhajirin Al-Assyi ini akan semakin mempererat ukhuwah antarsesama warga keturunan Aceh maupun dengan masyarakat Melayu tempatan.

Bagi Syedara Lon yang ingin membantu pembangunan Meunasah atau Madrasah Muhajirin Al-Assyi Sungai Buloh ini, bisa menyalurkan bantuan ke nomor rekening Agrobank 2005521000109756.

Konfirmasikan bantuan Anda ke Tgk Saifuddin di nomor Hp 012-6736450.

Adapun pemegang amanah pembangunan Madrasah Muhajirin Al-Assyi Sungai Buloh adalah, Hj Zaini Bin Mansor, Saifuddin Bin Ali Mahmod, Hj Dzulkifly bin Haroun.

Sumber : SerambiNews

Bagikan:

Tinggalkan Komentar