Award Winners

Sosiolog: Gaya Hidup Mewah Pejabat Pajak Bagai Gunung Es

Sosiolog: Gaya Hidup Mewah Pejabat Pajak Bagai Gunung Es
Foto: Gedung Kementerian Keuangan RI, Direktorat Jenderal Pajak. (Dok: Istimewa)  
Penulis
|
Editor

HARIANREPORTASE.com — Gaya hidup mewah pejabat pajak terus menjadi sorotan publik dalam beberapa hari terakhir ini, mulai dari klub moge yang kemudian dibubarkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Kemudian terungkap bahwa 13 ribu pegawai dirjen pajak belum melaporkan harta kekayaannya, dan sejumlah sorotan terkait harta kekayaan yang dianggap fantastis bagi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).

Sorotan ini bermula usai kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio, putra pejabat Ditjen Pajak, Rafael Alun Trisambodo, yang seringkali memamerkan kekayaannya di media sosial.

Menanggapi hal itu, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Andreas Budi Widyanta, S.Sos., M.A., menilai gaya hidup mewah yang ditunjukkan salah satu pejabat Ditjen Pajak ibarat fenomena gunung es. Praktik-praktik serupa diduga masih terjadi di kalangan pejabat lainnya.

Baca Juga:  Aceh Dipaksa Pilkada Serentak 2024, Pengkhianatan!

“Ini seperti fenomena gunung es, yang kelihatan baru puncaknya saja sementara di bawah lautan jumlahnya banyak dan belum teridentifikasi. Inilah yang menyebabkan kenapa ketimpangan ekonomi bangsa menganga lebar,” jelasnya, dilansir dari laman resmi ugm, Senin (27/2/2023).

Andreas mengatakan di era saat ini gaya hidup yang memosisikan aspek-aspek materialisme sebagai penanda seseorang memiliki gaya hidup lebih dari yang lain kian terlihat jelas.

Baca Juga:  Pemerintah Hentikan Siaran TV Analog di 222 Daerah Mulai 2 November 2022

Dengan begitu penumpukan basis  material menjadi bagian dari eksistensi seseorang untuk menunjukkan kepada dunia akan kelas sosial elite berbeda dengan kebanyakan orang. Tidak sedikit yang akhirnya masuk ke dalam perangkap besar liberalisasi ekonomi, konsumerisme, dan gaya hidup elite.

“Gaya hidup semacam itu membawa dampak berat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi tidak pernah punya kepekaan, ada begitu banyak orang yang sumber keuangan negara akan dihabiskan dengan perlombaan gaya hidup seperti itu. Apalagi itu pejabat publik, seharusnya lebih bersahaja,” paparnya.

Baca Juga:  Dyah Kembali Menjabat Ketua Perwosi Aceh Masa Bakti Tahun 2022-2026

Dosen Departemen Sosiologi FISIPOL UGM ini menyebutkan praktik gaya hidup yang kompetitif dan berlomba mengejar kelas elite yang diglorifikasi tanpa disadari telah mengkhianati kehidupan bersama sebagai sesama warga negara.

“Ini menjadi bentuk pengkhianatan solidaritas hidup bersama sebagai bangsa-negara,” tuturnya.

Menurutnya, saat ini pemerintah perlu melakukan pembenahan melalui revolusi mental para pejabat publik, terutama yang terkait dengan keuangan. Selain itu juga didukung transparansi yang kuat terhadap pengelolaan keuangan negara .

“Ada kemerosotan moral pejabat publik kita sehingga perlu segera dilakukan tindakan revolusi mental,” terangnya.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar