“ERPA Hadir Untuk Aksi Kemanusiaan, Bukan hanya pengawal ambulance dan pemadam kebakaran, ERPA juga hadir ditengah aksi mahasiswa.“
HARIANREPORTASE.com — Kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada 3 September 2022 yang lalu, telah menuai protes dari berbagai elemen, salah satunya adalah dari gerakan mahasiswa melalui aksi demontrasi.
Ditengah aksi demontrasi, selalu hadir sosok relawan yang sepi dari sorotan, mereka adalah Relawan Emergency Relawan Patwal ATJEH (ERPA).
ERPA selalu hadir disetiap aksi mahasiswa, kehadiran mereka untuk membantu peserta aksi termasuk masyarakat bila ada yang terjatuh atau terluka yang diakibatkan oleh situasi aksi.
Meskipun mereka sepi dari sorotan, mereka terus berbuat kebaikan dalam situasi apapun, tak kenal lelah dalam segala kondisi, sekalipun nyawa menjadi taruhan.
Ketua Umum Erpa ATJEH, Budigianto saat dijumpai di halaman gedung DPR Aceh mengatakan, Erpa ATJEH ikhlas membantu dalam segala hal apapun.
“Kami dari Erpa ATJEH tidak pernah meminta serta mengharapkan apapun itu, kami melakukan ini semua dengan ikhlas karena yang kami lakukan ini adalah kegiatan yang berada di jalan kemanusiaan dan Erpa ATJEH selalu berjanji dan berkomitmen akan selalu ada untuk masyarakat kapanpun dan di manapun,” Kata Budigianto, Jum’at 9/9/2022).
Organisasi ini juga dikenal sebagai organisasi pengawal Ambulance dijalanan, bahkan ERPA terbentuk atas keprihatinan masih banyaknya masyarakat pengguna jalan yang kurang peka, bahkan tidak tahu dan tidak bersedia memberikan ruang jalan bagi kendaraan prioritas seperti ambulans atau mobil pemadam kebakaran.
Dilansir dari dishub.acehprov, Komunitas ini memiliki prinsip bekerja tanpa pamrih. Demi misi kemanusiaan, sekelompok pemuda yang tergabung dalam ERPA rela mengorbankan waktu dan materi untuk mengawal ambulans agar sampai dengan cepat dan selamat tiba di rumah sakit. Tak hanya ambulans, para relawan ERPA juga membantu mengawal armada pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran agar dapat bersegera memadamkan api.
Sejak berdiri tiga tahun lalu, tepatnya pada 17 Februari 2019, ERPA secara konsisten dengan sukarela mengawal kendaraan-kendaraan prioritas tersebut melaju di jalanan. Mereka juga membantu mengurai kemacetan.
Bagi pihak rumah sakit dan pengemudi ambulans, kehadiran komunitas ini dirasakan sangat membantu karena kesigapan mereka dalam mengawal. Tak hanya pengawalan saja, bila ada kerusakan pada kendaraan atau lainnya, mereka juga siap membantu. Aksi ini dilakukan tanpa mengharapkan imbalan.
Pada masa awal didirikan, organisasi ini hanya beranggotakan 13 orang. Seiring waktu berjalan, kini anggota dari komunitas ini sudah mencapai 100 orang. Relawan ERPA, tersebar di kabupaten dan kota di seluruh Aceh dengan latar belakang dan usia yang berbeda-beda. Meski pekerjaannya identik dengan pria, tapi organisasi ini juga memiliki 4 orang anggota wanita.
Dibekali Pelatihan khusus
Sebelum terjun ke lapangan, setiap anggota komunitas dibekali dengan pelatihan khusus. Tidak hanya itu, anggota relawan tersebut juga sering melakukan evaluasi dan simulasi untuk menghindari hal yang tak diinginkan dijalan. Tak jarang juga anggota kepolisian ikut memberikan arahan agar terhindar dalam laka lantas saat berkendara dengan kecepatan tinggi.
Atas aksi kemanusiaan mereka melayani masyarakat, ERPA telah mendapat berbagai apresiasi. Salah satunya dari Ombudsman RI Perwakilan Aceh yang memberikan penghargaan sebagai komunitas yang memberi pelayanan publik.
Penulis adalah Mahasiswa ilmu politik Universitas Syiah Kuala (USK).
DESIGN WEB OLEH ACEH WEBSITE
