Award Winners

Manusia Berkarakter “Bajak dan Garu”

Manusia Berkarakter “Bajak dan Garu”
Prof. Syabuddin Gade. (Doc: Ist/Harian Reportase).  Prof. Syabuddin Gade
Penulis
|
Editor

Oleh Al-Faqir Syabuddin Gade

Harian Reportase — Dalam pengelolaan pertanian, bajak dan garu merupakan alat yang penting dimiliki dan dipahami oleh seorang petani maupun masyarakat secara umum.

Bajak adalah alat pertanian untuk pengolahan tanah awal sebelum penanaman padi ataupun tanaman lainnya. Secara tradisional bajak dapat dihubungkan dengan sapi, kerbau atau traktor sebagai tenaga penariknya.

Bajak termasuk jenis alat pertanian yang cukup tua dan tetap menjadi alat favorit bagi sebagian besar petani.

Fungsi bajak antara lain untuk memotong, membongkar, membalikkan tanah serta untuk membenamkan sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Bajak dirancang dalam beberapa bentuk yang disesuaikan dengan tujuan pembajakan.

Berbeda dengan bajak, garu adalah alat yang digunakan untuk meratakan tanah setelah diolah dengan bajak.

Garu tidak mampu membongkar, memotong atau membalikkan tanah seperti bajak. Biasanya garu hanya dipakai saat tanah sudah hancur dan berair.

Baca Juga:  FKIP USM Gelar EXPO PGSD 2023

Secara fungsional, bajak memang lebih utama dari garu. Tanpa garu, tanah olahan bajak masih bisa diratakan dengan menginjakkan kedua kaki hingga tanah itu datar dan halus.

Tapi, garu tidak berfungsi tanpa hasil olahan bajak, karena garu hanya digunakan setelah hasil olahan bajak selesai.

Garu sebagaimana bajak secara tradisonal juga sering dihubungkan dengan sapi, kerbau atau traktor sebagai penariknya.

Hari ini dalam etika organisasi dan sosial, perilaku manusia sering ditamsilkan dengan fungsi “bajak dan garu” sehingga dikenal manusia “berperilaku bajak” (BB) dan manusia “berperilaku garu” (BG).

Manusia “BB” adalah manusia yang secara fungsional berdedikasi tinggi, bekerja keras, tahan banting dalam menjalankan tugas dan selalu tampil di depan dalam menghadapi berbagai persoalan.

Baca Juga:  Jelang Liga Futsal Profesional, Sadakata Terus Benahi dan Persiapkan Tim

Secara psikologis, manusia BB biasanya jarang sekali —untuk mengatakan tidak pernah— menampilkan diri sebagai pejuang, ia selalu bertindak akurat, ikhlas, bertanggungjawab dan hampir tidak pernah mempromosikan hasil kerjanya.

Manusia semacam ini sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi, baik ketika senang maupun ketika susah.

Sebaliknya, manusia “BG” adalah manusia yang hadir atau dihadirkan ketika manusia “BB” selesai menjalankan tugas dan fungsinya.

Hasil kerja manusia “BG” bergantung pada hasil kerja keras manusia “BB”. Secara fungsional manusia “BG” hanya “mempermanis” hasil kerja keras manusia “BB” sehingga hasil kerja manusia “BG” tampak “hebat”.

Salah satu perilaku buruk manusia “BG” adalah sering menampakkan hasil kerjanya dengan cara mengesampingkan dan melupakan hasil kerja keras manusia “BB”.

Baca Juga:  Prodi Matematika Unsam Langsa Gelar Pelatihan KN-MIPA

Dalam konteks ini, manusia “BG” sering menampilkan diri sebagai manusia “super hero” dan menganggap “semua keberhasilan” dalam satu organisasi dan masyarakat adalah “hasil kerjanya”, padahal manusia “BG” fungsinya ibarat “garu” saja.

Manusia “BG” semacam ini jelas tidak disukai oleh semua orang. Jika pada manusia “BG” berjiwa temperamental, maka masyarakat bukan hanya tidak menyukainya, tetapi mereka semakin “ketakutan” sehingga mereka terpaksa melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh manusia “BG”, meskipun mereka mengetahui bahwa manusia “BG” itu telah keliru dan tersesat.

Ya Allah, jauhkanlah kami dari perilaku buruk seperti manusia “BG”. Amin

Penulis : Syahbuddin Gade

Bagikan:

Tinggalkan Komentar