“Membangun Pendidikan Karakter Melalui Constuctivisim Learning Theory, Artikel ini ditulis oleh Argitha Aricindy M.Pd dan Laelia Nur Pratiwiningsih M.Pd.”
HARIANREPORTASE.com — Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan memiliki peranan penting untuk memajukan kepentingan bangsa. Peran pendidikan salah satunya adalah membentuk sikap dan karakter generasi bangsa.
Pendidikan di era society 5.0 yang berbasis pada teknologi, penguatan nilai karakter kebangsaan saat ini cenderung kian merosot. Sehingga hakikat dari pendidikan sebagai transfer of values yang senantiasa di sosialisasikan dalam masyarakat belum berjalan dengan maksimal.
Sekolah yang menjadi jembatan dalam proses transfer pengetahuan dan karakter masih belum sepenuhnya mampu merekontruksi pemaknaan keduanya.
Proses pembelajaran dikelas dinilai menjadi salah satu tolak ukur dalam terwujudnya sikap dan karakter peserta didik dalam bertindak didalam maupun diluar kelas. Proses ini harus sejalan dengan pola pembelajaran yang dilakukan guru kepada peserta didik.
Ada banyak sekali Pendekatan pembelajaran yang bisa dipilih, salah satunya pendekatan Constuctivisim learning theory.
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dimulai dari masalah (sering muncul dari peserta didik sendiri) dan selanjutnya guru membantu peserta didik menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Dalam bangunan teori konstruktivisme dinyatakan, bahwa setiap manusia (learner) menempatkan bersama-sama gagasan (baru) dan struktur yang dimiliki dalam belajar. Pengetahuan tidak dapat ditransfer seseorang ke yang lainnya seperti mengisi air dalam gelas dan tidak dapat diobservasi secara independen, tetapi pengetahuan diperoleh secara personal dalam perasaan. Apa yang diperoleh kemudian terstruktur melalui proses penyusunan makna yang hampir terjadi setiap saat walaupun tanpa guru, buku teks, dan sekolah.
Kembali pada era saat ini yaitu era society 5.0 bahwa konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Maka penting bagi peran guru untuk menjadi fasilitator bagi peserta didik menyeimbangkan proses era teknologi dengan pembentukan sikap dan karakternya.
Pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme memandang proses belajar sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Peserta didik di ajarkan untuk dapat mengaitkan antara permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan sekolah.
Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menggali dan menemukan makna terhadap kajian telah dikontekstualkan dengan kehidupan sehari-hari, peran guru yaitu membimbing para peserta didik dan memberikan respon atas jawaban dari persoalan yang sudah di bahas oleh peserta didik.
Guru memberikan tanggapan dan pemahaman dari relevansi persoalan yang diberikan dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap dan karakter good citizenship peserta didik. Sehingga peran seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas tidak hanya sekedar menyampaikan materi, memberi tugas lalu pulang, tetapi juga harus berupaya dalam proses pembelajaraj guru membangun karakter peserta didik untuk menjadi masyarakat yang berbudi pekerti luhur Dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik berproses dengan objektivikasi pengalaman belajar namun tetap mendapat bimbingan guru yang berperan sebagai fasilitator.
Penulis adalah Akademisi Universitas Muhadi Setiabudi, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
DESIGN WEB OLEH ACEH WEBSITE
